1 KEMARAHAN
membutuhkan 10 CINTA
SUPARDI LEE http://www.pengembangandiri.com/articles/28/1/1-KEMARAHAN-membutuhkan-10-CINTA/Page1.html
Supardi Lee adalah
seorang entrepreneur sukses, trainer berpengalaman, dan penulis. Bukunya
diantaranya The Rich Plan, Achiever, Opportunity Quotient, Kerja Kecil. Setiap
Kamis Pkl. 05.00 - 06.00 ia mengisi acara Power of Life di Radio Trijaya 104,6
FM. Ia bisa dihubungi di 0813.1990.8086 dan disupardiku@yahoo.com
Seorang anak
menangis. Usianya baru 3.5 tahun. Ayahnya membentak
dengan keras. Sungguh sakit rasanya. Padahal ia hanya ingin bermain-main dengan ayahnya. Sang ayah baru
pulang kerja dan sangat lelah. Melihat anaknya menangis, sang ayah pun
menyesal. Ia peluk anaknya. Ia katakan: “Maafin Ayah
Sayang.” Sang anak tak bergeming. Ia benar-benar kecewa
pada ayahnya. Ia bahkan terus menangis sesegukan. Hal
yang membuat hati sang ayah teriris-iris sembilu. Dan air mata pun
mulai menggenang di matanya.
Kembali ia
membujuk anaknya. “Nak, ayah mohon. Maafin ayah. Ayah
tak bermaksud menyakitimu. Ayah sayang banget sama kamu”
“Aku cuma ingin
main sama Ayah. Apa itu salah?”
“Tidak Nak,
Tidak. Kamu tidak salah. Ayah yang salah telah
membentakmu. Maafin ayah ya?” air mata sang ayah pun
mengalir makin deras.
Sang anak
terdiam sejenak. Tapi tangisnya telah berhenti.
Ayahnya berkata
lagi: “Yuk, kamu mau main apa sih sama Ayah?”
“Aku mau main
bola, Ayah. Nih bolanya dah aku siapin”
“Ayo kalau
begitu” Kata sang Ayah sambil menuntun anaknya ke halaman. Tapi
tiba-tiba ayah berhenti. Anaknya mengikuti berhenti juga.
”Kamu udah maafin Ayah kan, Sayang?” Tanya ayah.
”Kamu udah maafin Ayah kan, Sayang?” Tanya ayah.
Sang anak
tersenyum dan mengangguk. Senyuman dan anggukan yang melegakan hati
Ayah. Ayah pun memeluk. Sang anak membalas pelukan itu
dengan erat. Dan ketika keduanya melepas pelukan, dua hati telah kembali
ke fithrah bahagianya. Mereka pun bermain bola dengan asyik dan
gembira sampai bermandikan keringat. Ajaib. Kelelahan
sang ayah setelah bekerja seharian justru hilang. Mereka pun masuk
ke dalam rumah dengan gembira.
Saudara yang
baik, cerita di atas mungkin sering terjadi pada banyak orang. Ada beberapa
hal yang bisa kita pelajari dari sana, diantaranya:
- Kemarahan kecil berdampak besar.
Bentakan
sang ayah yang spontan mungkin terwujud dalam satu atau dua kata saja, misalnya
: diam!, kenapa?, Nanti dulu! Dan sebagainya. Tapi karena kata-kata
itu terlontar dari kemarahan, maka dampaknya sangat negatif. Kata-kata
itu menusuk hati anaknya sampai membuatnya menangis. Mungkin karena
harapan besar sang anak diluluhlantahkan seketika.
- Diperlukan banyak cinta dan usaha untuk meredakan
akibat buruk kemarahan.
Agar
hubungan ayah – anak ini kembali bahagia, sang ayah harus menguras energi yang
besar. Dari menyesal, minta maaf, membujuk, memeluk, bahkan sampai
menangis. Itulah yang saya maksud dengan judul tulisan ini. Satu
kemarahan membutuhkan 10 kasih sayang. Dan bisa juga dibalik. 10
kasih sayang bisa hilang oleh 1 kemarahan. Sama seperti kemarau satu
tahun yang tak berbekas lagi karena turun hujan seharian. Karena ada
fakta seperti ini, maka sebaiknya anda membiasakan diri untuk menjadi pribadi
yang penuh kasih sayang. Bagaimana dengan kemarahan anda? Ya,
kemarahan itu tetap ada dalam diri anda. Sewaktu-waktu bisa
muncul. Tapi, saat waktunya tiba, anda bisa marah dengan cara yang
baik.
- Sering terjadi kontradiksi antara suara hati dengan
tindakan.
Apakah
setiap ayah mengasihi anaknya? Apakah setiap ayah rela berkorban apa
saja demi kebaikan dan kebahagiaan anaknya? Apakah ayah bekerja keras luar
biasa demi kepentingan anaknya? Jawaban ketiga pertanyaan ini adalah :
Pasti. Itulah suara hati setiap ayah. Tapi, suara hati
itu sering juga tertutupi oleh berbagai tabir. Tabir itu membuat
sang suara hati terhalangi dan tidak mewujud menjadi tindakan. Tabir-tabir
itu mungkin bernama kelelahan, kemarahan, egoisme, kesibukan, godaan, ambisi
karir, dan sebagainya. Maka hadirlah tindakan dan perkataan yang
justru bertolak belakang dengan suara hati. Bekerja lembur setiap
hari, sampai melewatkan momen-momen bermain dengan anak-anak. Lupa
akan hari ulang tahun istri/suami atau anak-anak karena terlalu sibuk. Terlalu
mengandalkan pengasuh untuk mendidik anak. Mengekspresikan cinta
pada keluarga sebatas banyaknya uang yang diberikan. Berhati-hatilah…
- Betapa mudahnya seorang anak untuk memaafkan dengan
tulus.
Pagi
hari, anak anda mungkin berantem dengan temannya. Tapi siang hari,
mereka telah bermain dengan asyik lagi. Yap. Anak-anak
itu sangat mudah memaafkan dan kembali menikmati hidup bahagianya. Mereka
tidak lama-lama dibayangi oleh dendam yang merusak hidup. Karenanya
sangat lah pantas bila setiap kita belajar pada anak-anak untuk sesegera
mungkin memaafkan kesalahan orang lain pada kita.
- Cinta itu ajaib.
Percayailah
cinta, karena cinta selalu yakin pada anda. Nikmatilah cinta, karena
tak ada yang lebih indah darinya. Jadilah cinta, karena memang
itulah sejatinya diri anda. Dan keajaiban pun akan terus menghampiri
anda.
Nah saudara,
berhati-hati lah dengan emosi anda. Anda harus bisa mengendalikan
ekspresi emosi itu agar tidak merusak siapapun. Tidak merusak anda,
dan orang-orang yang anda cintai. Selamat berekspresi.